MEGAPOLIS.ID, BANJARMASIN – Aula Gedung Lama FISIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin dipenuhi antusiasme, Minggu (14/9) lalu. Sekira 70–80 pasang mata menanti dimulainya sebuah pertunjukan yang telah dinanti, pentas pemantapan yang berjudul “Rona yang Tersembunyi”.
Begitu jarum jam menunjukkan pukul 13.30 WITA, pementasan pun dimulai, membawa penonton ke dalam sebuah perjalanan emosional yang berakhir pada pukul 18.00 WITA.
Antusiasme penonton terlihat jelas sepanjang pertunjukan. Mereka larut dalam setiap adegan, terhanyut oleh alur cerita yang disajikan. Pertunjukan ini bukan sekadar hiburan, tapi juga sebuah ruang ekspresi yang berani.
Para pengulas seni turut hadir untuk memberikan masukan berharga. Dari divisi Paduan Suara, Sari, mahasiswa Pendidikan Seni Pertunjukan FKIP ULM angkatan 2020 dan anggota Kelompok Studi Seni Sanggar Budaya (KS3B), mengapresiasi penampilan mereka yang membawakan judul “Resah”. Namun, ia menyarankan agar harmonisasi lebih ditingkatkan. Ia juga menegaskan bahwa yang ditampilkan sebenarnya adalah vokal grup, bukan paduan suara, dan koreografi sebaiknya lebih diseragamkan.
Koreografi dan Penampilan
Sementara itu, Salma, koordinator tari Sanggar Seni Demokrat (SSD) periode 2024, merasa konsep dan pesan pementasan “Rapuh” sudah berhasil tersampaikan. Ia bahkan mengaku merinding karena pendalaman emosi yang kuat. Meskipun begitu, ia mendorong agar pendalaman emosi ini bisa lebih digali lagi. Menurutnya, dinamika gerak sudah “baik dan bagus.”
Aminuddin, seorang akademisi pegiat teater dari platform Lilium, memuji gagasan yang diangkat pada pementasan “Nadir”. Ia menyoroti adanya jeda kosong yang memperlambat ritme pertunjukan dan menyarankan agar hal ini bisa diminimalisir. Ia juga menyarankan pendalaman karakter dan penataan tata cahaya yang lebih baik untuk memperjelas ruang cerita.

Divisi Musik juga mendapat masukan dari dua pengulas. Zaldy, seorang seniman, aktor, anggota Kelompok Studi Seni Sanggar Budaya (KS3B), dan lulusan Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP ULM, mempertanyakan peran musik, apakah hanya sebagai pengisi kekosongan atau benar-benar menjadi pendukung suasana. Ia berharap musikalisasi puisi pada lagu “Lara” tidak hanya sekadar pertunjukan, tetapi juga benar-benar dihayati. Di sisi lain, Dyllan, seorang musisi yang juga bassist band Nevra dan mantan koordinator divisi musik periode 2023, menyoroti aransemen musik yang dinilai masih bisa jauh lebih baik.
Di balik semua masukan tersebut, pimpinan produksi merasa bangga. Menurutnya, pentas pemantapan dari segi pengkaryaan berjalan baik, mulai dari penguasaan talenta hingga penyampaian pesan kepada penonton. Yang terpenting adalah penonton benar-benar menikmati pertunjukan, terutama saat segmen teater. Hal ini menjadi bukti keberhasilan pementasan. “Itu jadi ukuran keberhasilan kita,” ucapnya.
Pada akhirnya, pementasan ini tidak hanya menjadi ruang untuk berproses bagi para anggota muda SSD, tetapi juga berhasil memberikan pengalaman emosional. Harapan terbesar mereka adalah agar pementasan ini bisa membantu penonton yang sedang merasa insecure untuk lebih percaya diri, berhenti membandingkan diri dengan orang lain, dan berani untuk terus berproses menjadi pribadi yang lebih baik.(Rizky)
Diterbitkan tanggal 16 September 2025 by admin
			
                                













                                    
Discussion about this post