GELARAN Festival Teater Bahasa Banjar (FTBB) resmi berakhir pada Minggu 25 Mei 2025. Pemenang event yang berlangsung sejak Jumat 23 Mei telah diumumkan, yakni Miniatur Production untuk kategori Manajemen Terbaik, sebuah kategori baru di festival. Bukan hanya penampil saja yang tersorot, tapi kekompakan tim belakang panggung bagaimana bisa mempersiapkan set panggung dengan efektif menjadi sorotan para juri.
Selain penghargaan tadi, ada penyaji terfavorit. Peternak dari Kandangan, memborong sejumlah penghargaan diantaranya sebagai Penyaji Terbaik 1, Sutradara Terbaik, Poster Terbaik, dan Penata Musik Terbaik. Sedangkan, Sanggar Titian Barantai UNISKA meraih Penyaji Terbaik II, Artistik Terbaik, Aktor dan Aktris Terbaik, disusul Sanggar Intan Mahabhakti dinobatkan sebagai Penyaji Terbaik III.
Konsep yang diusung dalam gelaran Festival Teater Berbahasa Banjar merupakan satu hal yang baru. Mungkin kita harus memberi apresiasi kepada Edi Sutardi dan semua penyelenggara. Seorang Edi Sutardi yang notabene bukan orang asli Banua, tapi turut serta dan berperan membuka sebuah gelanggang, sebuah laboratorium yang bernama Festival Teater Bahasa Banjar.
Kegiatan ini diharapkan nantinya memberi sebuah pertunjukan teater yang membumi. Mengapa membumi? karena dengan bahasa ibu kita lebih bisa memaknai akan pesan pesan yang disampaikan lewat setiap seni pertunjukan.
Semua adalah pemenang, semua luar biasa membawakan konsep-konsep, ide gagasan melalui bentuk seni pertunjukan. Bahkan juri pun berdecak kagum dengan konsep yang disiapkan peserta, set artistik, hingga konsep garapan.
Namun demikian, tetap ada catatan dari para juri diantaranya peserta harus memperhatikan lagi perspiapannya, karena ada beberapa yang terlihat buru-buru, chemestry antar pemain, pelafalan, ketetapan set, hingga pemilihan naskah dan manajemen menjadi penilaian dari Bayu Bastari, Rine Sundhari, dan M Syahriel M Noor. Pesan dan pelafalan juga menjadi tantangan di sini, karena bahasa Banjar cepat jadi perlu memperhatikan artikulasinya agar pesan sampai.
“Beberapa penampil dari pertama sangat serius mempersentasikan, tata cahaya, set panggung musik, namun dimensi waktu yang jadi pekerjaan rumah (PR) dan harus diperhatikan,” ujar para juri.
Setiap kelompok memiliki potensi yang menarik, meskipun ada beberapa berangkat dari hal sederhana.
Sementara itu, Edi Sutardi mengaku biasanya bingung memilih aktor dan aktris, namun dalam hajatan FTBB berserakan potensi-potensi itu. Hanya saja, ia miris karena perhelatan kali ini minim apresiasi.
“Saya sedih saat melihat penampilan yang hanya ditonton juri,” ucapnya.
Edi juga menyesalkan semua peserta hanya fokus berkompetisi, namun enggan untuk mengapresiasi. Padahal FTBB merupakan salah satu wadah untuk bersilaturahmi. Dari 16 penampil dan 5 free pass untuk setiap komunitas setidaknya diharapkan bisa menutupi setengah bangku pertunjukan. “Namun demikian adanya. Kita harus akui minim apresiasi,” tandasnya.
Menurutnya, FTBB secara tidak langsung menambah khasanah di perteateran Banua, menambah warna diantara festival-festival yang eksis seperti Festival Teater Palui dari Sanggar Titian Barantai UNISKA, dan Festival Teater Komedi Gardu dari Sanggar Bahana Antasari.
Inilah wadah baru, gelanggang baru, corong baru untuk menampilkan kekayaan dan bahasa ibu kita di Banua ini. Dan terimakasih pula pada para pendahulu yang telah mewariskan kekayaan berupa seni pertunjukan macam Mamanda, Japin Carita, Wayang Gung, Bepandungan. Banua kita ini kaya, maka perlu peran bersama untuk merawat itu terutama peran dari pemerintah untuk menjaga kekayaan itu. Dan hari ini pula yang kita harus syukuri hari ini ada corong baru untuk mengangkat lokalitas yakni FTBB, artinya bicara Teater Bahasa Banjar, bukan cuma komedi, tapi ada pula teater modern berbahasa Banjar yang membingkai realitas sosial namun tetap membumi dengan bahasa ibu, bahasa Banjar.
Ini hanyalah pemantik, namun sisanya balik kepada masing-masing. Terimakasih sebesar-besarnya kepada Teater Matahari dan Dapur Teater. Semoga ini berlanjut dan semakin sengit, namun tetap membumi seperti apa yang diniatkan oleh inisiatornya. Panggung hanyalah wadah sisanya adalah memanusiakan.***
Diterbitkan tanggal 26 Mei 2025 by admin
Discussion about this post