MEGAPOLIS.ID, BANJARMASIN – Tiga komunitas tampil di Platform Lillium Kelompok Studi Seni Sanggar Budaya (KS3B) dan Ruang Aktor Project, Minggu (23/6/2024).
Naskah yang dibawakan kali ini adalah Prabu Mahu Anu, karya Robert Pinget yang diterjemahkan oleh Saini KM.
“Berdasarkan hasil rembuk terkait isu apa yang dibawakan, terpilih lah naskah ini karena masih relevan dimasa sekarang,” kata Bayu Bastari Setiawan selaku sutradara dan pemain.
Naskah ini dimainkan oleh Bayu, Hijromi Arijadi dan Muhammad Rifki. Teater absurd yang menampilkan banyak simbol terkait pertanyaan akan eksistensi dan kekuasaan. Meskipun dibagikan synopsis, namun penonton awam tetap perlu berfikir keras untuk menafsirkan babak demi babak. Dan Bayu menyerahkan interpretasi babak demi babaknya kepada penonton. Meskipun penonton tidak terlalu penuh, entah penikmat teater sekarang kurang meminati, atau penonton umumnya terlanjur kadung disuguhi sajian komedi dan sejenisnya, sehingga bila disajikan seperti kurang diminati dan lagi-lagi menjadi tantangan untuk kelompok teater.
“Memilih esensi atau eksistensi,” ujar Edi Sutardi, saat karya secara artistik dan permainan cukup rapi, namun penonton perlu berfikir keras menyaksikan ini.
Menurutnya, kondisi ini tidak jadi soal, semua perlu pembiasaan atau terobosan setiap kelompok teater. Apakah mementingkan penonton ataupun esensi naskah.
“Saya kira Prabu Maha Anu adalah garapan kolektif yang menjadi penyegaran dimana kebosanan akibat teater komedi lagi kurang diminati penonton. Mungkin ini jadi tantangan bagaimana mementaskan dan realate pada masyarakat. Karena teater masih tidak sepopuler film dan musik, dan ini jadi tantangan kelompok teater yang ada di Banjarmasin. Terlepas dari segala plus minusnya, Prabu Maha Anu adalah sebuah sajian yang menarik, dengan jajaran aktor yang sudah tidak diragukan jam terbangnya. Semoga kedepannya semakin banyak kolaboratif lintas disiplin ilmu,” harapnya.
Dia mengharapkan ke depan teater kemasannya semakin beragam, sembari beriringan dengan teater tradisi dan lainnya yang eksis. Panggung temu merupakan inovasi yang hendaknya dikembangkan lagi ke depan oleh tiap kelompok teater.
“Tidak hanya fokus pada festival saja, namun bisa semakin memperkaya khasanah pertunjukan dan menjadi corong dari satir terhadap keadaan, indentitas dan kekuasaan seperti dalam lakon Prabu Maha Anu,” pungkasnya.(Rizky Fadhillah)
Editor: Agus Salim
Diterbitkan tanggal 24 Juni 2024 by admin