MEGAPOLIS.ID, BANJARMASIN – Dunia kesenian Kalimantan Selatan kembali berduka. Maulidi Noviandri Budinata atau yang kerap disapa Paman Wanyi atau Wanyi Mandarung, menghembuskan nafas terakhirnya tadi malam.
Almarhum dikabarkan meninggal akibat kecelakaan tunggal. “Ya, meninggal dunia, infonya sekira pukul 22.30 Wita,” ujar Lydia Mentaya.
Ia mengaku terkejut dengan kabar tersebut. “Sebelum jatuh dari motor, (beliau) merasa tidak enak badan. Sesak dada, kemungkinan sakit jantung,” ungkapnya.
Dan ini dibenarkan dari beberapa sumber bahwa memang belakangan almarhum mengeluhkan sakit dada kepada salah seorang temannya setelah pulang dari bioskop KCM Belitung.
Almarhum sempat dilarikan ke RSUD Ulin Banjarmasin sebelum dibawa ke Kandangan Kabupaten Hulu Sungai Selatan untuk dikebumikan pada hari ini.
Sempat ada video yang beredar namun ditakedown karena narasi yang disampaikan dalam video itu cukup disayangkan. Korban dinyatakan meninggal karena mabuk padahal korban nyatanya sedang sakit dan sempat mengabarkan kepada temannya. Kabar ini tentu mengejutkan bagi beberapa kalangan terutama seniman di Kalimantan Selatan.
Wanyi dikenal sebagai seorang yang benar-benar mengabdi pada kesenian, sosoknya yang periang dan rendah hati membuat banyak orang merasa kehilangan.
Maulidi Noviandri Budinata lahir di Kandangan 20 November 1985. Ia adalah budayawan dan antropolog yang ikut aktif dalam kegiatan pelestarian kesenian khususnya tradisi.
“Kalau ada apapun soal tradisi pasti banyak yang merujuknya ke Paman Wanyi. Beliau dikenal di lingkaran wikipedia budaya Banjar, tapi tetap merendah,” tulis salah seorang pegitan seni, Novyandi dalam storinya.
Wanyi juga salah satu pelopor dari unit kegiatan mahasiswa Kampoeng Seni Boedaja ULM. Sosoknya yang bersahaja dan apresiasinya terhadap kesenian takkan tergantikan. Kritiknya juga terhadap lingkungan dengan Save Meratus yang selalu digaungkan. Selamat jalan Paman Wanyi. Semoga semangat dan apa yang telah ditanam tetap tumbuh lestari. Inalillahi wa innailaihi rojiun, semoga amal beliau diterima disisi Allah SWT.(Rizky Fadhillah/berbagai sumber)
Editor: Agus Salim