MEGAPOLIS.ID, BANJARMASIN – Di tengah derasnya arus digitalisasi, Pemerintah Kota Banjarmasin memilih jalur berbeda, yakni memanusiakan kembali layanan publik. Pesan itu mengemuka pada Program Edukasi Pengembangan SDM di Bidang Layanan Publik Berbasis Digital yang digelar di Aula Kayuh Baimbai, Senin (27/10/2025).
Kegiatan yang merupakan hasil kerja sama antara Pemko Banjarmasin dan Smart FM ini tak sekadar membahas teknologi, melainkan mengajak seluruh aparatur pemerintahan yang berada di garda terdepan pelayanan publik untuk kembali menyentuh inti pelayanan, yakni hati manusia.
Wakil Walikota Banjarmasin, Hj Ananda, menegaskan bahwa di tengah sistem serba otomatis, pemerintah tak boleh kehilangan sisi kemanusiaan.
“Sekarang hampir semua bisa diselesaikan dari ujung jari. Tapi di balik semua kemudahan itu, ada satu hal yang tidak boleh hilang: sentuhan manusia,” ujarnya sebagai salah satu Keynote Speaker di hadapan peserta yang terdiri dari berbagai perwakilan SKPD.
Menurutnya, pelayanan publik digital bukan hanya tentang efisiensi, tetapi juga tentang hubungan. Ia bahkan menyebut masyarakat sebagai “bestie” atau teman yang perlu dirangkul, bukan sekadar dilayani.
“Mereka bukan robot. Mereka sahabat kita, warga kota kita, atau kalau kata anak muda sekarang, bestie kita. Karena teknologi bisa menciptakan sistem yang sempurna, tapi hanya manusia yang bisa menciptakan hubungan yang bermakna,” tambahnya.
Program edukatif ini mengusung tema “Service Excellent di Era Digital: Menghadirkan Sentuhan Manusia dalam Teknologi”. Lewat penyampaian interaktif, Ananda mengajak peserta untuk melihat ulang esensi pelayanan. Ia juga membagikan pengalaman pribadinya semasa menjadi pramugari haji Garuda Indonesia. “Dari situ saya belajar bahwa pelayanan sejati lahir dari empati, bukan sekadar kecepatan” kilasnya.
“Waktu itu saya belajar bahwa pelayanan bukan cuma soal keterampilan, tapi soal hati. Dari situ saya sadar, kadang warga tak butuh solusi cepat, mereka hanya ingin didengarkan,” ucapnya, disambut tepuk tangan hadirin.
Dalam pemaparannya, Ananda juga menyinggung pentingnya mengubah pola komunikasi dalam pelayanan publik.
“Kita ubah kata ‘tidak tahu’ menjadi ‘sebentar, saya bantu carikan informasinya’, dan ‘tidak bisa’ menjadi ‘saya bantu carikan solusinya’. Satu kalimat kecil bisa membuat warga merasa dihargai,” tekannya.
Ia menuturkan, pelayanan publik berbasis digital harus tetap mengandung empati. Walau chatbot dan aplikasi bisa menjawab cepat, interaksi manusia tetap menjadi faktor kunci.
“Di dunia yang serba otomatis, satu-satunya hal yang tidak bisa digantikan mesin adalah perasaan manusia. Karena masyarakat bukan objek pelayanan, mereka adalah partner kita dalam membangun kota,” tegas Ananda.
Program ini juga diwarnai sesi inspiratif bertajuk Ultimate Service, yang mengajak peserta memahami bahwa pelayanan unggul (service excellent) tak berhenti di standar profesional, tapi melampauinya menjadi beyond service excellent.
“Pelayanan terbaik bukan yang membuat sistem sempurna, tapi yang membuat orang merasa diperhatikan. Pemerintah harus hadir bukan untuk mempersulit, tapi untuk membantu,” tutupnya.
Melalui kegiatan ini, Pemerintah Kota Banjarmasin berharap budaya kerja yang adaptif, inovatif, dan berorientasi pada kepuasan masyarakat dapat tercipta. Di bawah semangat “masyarakat adalah bestie kita”, Pemko berkomitmen menjadikan pelayanan publik berbasis digital tak hanya cepat dan efisien, tetapi juga hangat dan penuh empati.(rls)
Diterbitkan tanggal 27 Oktober 2025 by admin












Discussion about this post