MEGAPOLIS.ID, BANJARBARU – Dinas Pariwisata (Dispar) Provinsi Kalimantan Selatan menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) Pengelolaan Destinasi Pariwisata Geopark Meratus Tahun 2025 dengan tema “Situs Rumah Adat Tradisional Sungai Jingah”.
Dimana pada kegiatan ini, turut menggandeng Badan Pengelola Geopark Meratus dan Praktisi Kepariwisataan, Novyandi Saputra. Pelatihan ini pun menyasar sejumlah anggota Pokdarwis dan masyakarat sekitar Geosite Rumah Adat Tradisional Sungai Jingah, Kota Banjarmasin.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dan pengelola wisata dalam mengembangkan potensi destinasi yang menjadi bagian dari Geopark Meratus.
Plt Kepala Dispar Kalsel, Muhammad Syarifuddin melalui Kepala Bidang Pengembangan Destinasi, Yosalvina Yovani, menyampaikan bahwa kelompok sadar wisata (Pokdarwis) dan masyarakat sekitar merupakan garda terdepan dalam mengembangkan sektor pariwisata, khususnya destinasi yang masuk dalam kawasan Geopark Meratus.
Ia menjelaskan, wisatawan masa kini ingin mengenal sejarah, budaya, tradisi, serta kehidupan masyarakat setempat. Karena itu, kemampuan dalam mengelola dan mengemas cerita dari setiap destinasi menjadi sangat penting.
“Dengan pengelolaan yang baik, kita tidak hanya menjual destinasi sebagai tempat, tetapi juga sebagai pengalaman yang berkesan. Cerita yang disampaikan dengan baik dapat menghidupkan kembali nilai-nilai lokal dan memperkuat daya tarik wisata,” ujar Yosalvina, Kamis (9/10/2025).
Melalui kegiatan bimtek ini, peserta diharapkan dapat memahami cara mengelola destinasi secara profesional, menggali potensi cerita dari setiap situs, dan menyampaikan narasi tersebut secara efektif kepada wisatawan, baik secara langsung maupun melalui media digital.
Plt Kepala Dinas Kebudayaan, Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Kota Banjarmasin, Firiah, selaku narasumber, menegaskan bahwa pengelolaan Geopark harus berlandaskan tiga pilar: konservasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat.
“Banjarmasin memang tidak memiliki geosite batuan purba, namun kita memiliki warisan budaya, sejarah, dan ekonomi kreatif yang lahir dari alam Meratus,” jelasnya.
Firiah menekankan tiga fokus utama yakni Warisan Kota, dengan mengaitkan budaya dan spiritualitas lokal, Ekonomi Kreatif, dengan mengangkat Sasirangan dan kuliner Banjar ke level global, Kenyamanan Kota, dengan menjaga Banjarmasin sebagai hospitable city berstandar internasional.
Kepada pengelola Rumah Banjar, Firiah berpesan agar bangunan tradisional tidak hanya dilihat sebagai warisan fisik, tetapi juga museum hidup yang menyimpan filosofi arsitektur selaras dengan alam.
Untuk pengelola wisata religi, seperti Makam Surgi Mufti, ia menekankan pentingnya menjaga kebersihan, kekhusyukan, dan kenyamanan, karena wisatawan geopark juga mencari ketenangan dan makna spiritual.
Sementara kepada pelaku UMKM Sasirangan di Sungai Jingah, Firiah mendorong agar mereka menjual cerita, bukan hanya kain. Motif kain dapat dikembangkan dari inspirasi geosite Meratus—seperti bentuk batu, flora, atau aliran sungai—sehingga menjadi suvenir khas kawasan Geopark UNESCO.
Pelaku kuliner pun diimbau menciptakan “Geofood”, seperti Soto Banjar atau Ketupat Kandangan, disertai kisah bahan lokal yang berasal dari Meratus, serta menerapkan standar CHSE (Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability).
“Mari kita tinggalkan ego sektoral dan bergerak sebagai sistem terintegrasi. Kolaborasi antara akomodasi, sentra Sasirangan, wisata religi, dan pengelola budaya akan memperkuat daya tarik Banjarmasin sebagai gerbang menuju Geopark Meratus,” tegasnya.
Di tempat yang sama, Praktisi Kepariwisataan Novyandi Saputra menambahkan bahwa konsep Geopark bukan hanya tentang batu dan gunung, tetapi juga tentang manusia yang menjaga, memahami, dan menghidupkan nilai-nilainya.
“Kembangkan Geopark EduTourism berbasis sekolah dan kampus. Lahirkan Geoproducts seperti kuliner, kriya, dan suvenir yang terinspirasi dari kekayaan geologi dan budaya lokal. SDM yang berkualitas adalah kunci keberlanjutan Geopark,” ujar Novyandi.
Ia menutup dengan pesan inspiratif, bahwa setiap pengelola wisata adalah cerita hidup dari Bumi Meratus yang memiliki peran penting dalam menjaga warisan alam dan budaya Banua.(rls-mckalsel)
Diterbitkan tanggal 9 Oktober 2025 by admin
Discussion about this post