MEGAPOLIS.ID, GAZA – Profil Suleiman Al Obeid menarik diulas. Dia merupakan pesepak bola yang dijuluki Pele Palestina.
Lahir di Gaza pada 24 Maret 1984, Suleiman dikenal sebagai salah satu pemain paling bersinar dalam sejarah sepak bola Palestina. Ia memulai karier profesionalnya di klub Khadamat al-Shati, kemudian sempat memperkuat Markaz Shabab al-Am’ari di Tepi Barat dan Gaza Sport.
Nama Suleiman mulai mencuat secara internasional sejak debutnya di tim nasional Palestina pada tahun 2007. Sepanjang karier internasionalnya, ia mencatatkan 24 caps dan mencetak dua gol, termasuk gol salto spektakuler ke gawang Yaman di Kejuaraan Federasi Sepak Bola Asia Barat 2010.
Dikenal dengan keterampilan teknis dan insting mencetak gol yang luar biasa, Suleiman dijuluki “Pele Palestina” karena kemampuannya di lapangan yang mengingatkan banyak orang pada legenda Brasil, Pele. Menurut Al Arabiya English, ia menorehkan lebih dari 100 gol sepanjang kariernya.
Olahraga Palestina Dibayangi Duka Perang
Tragedi yang menimpa Al-Obeid bukanlah satu-satunya. Konflik berkepanjangan di Gaza telah melumpuhkan dunia olahraga Palestina. Berdasarkan data dari PFA yang dikutip The Guardian, sejak pecahnya perang ada 662 atlet dan anggota keluarga mereka telah tewas, termasuk 421 pesepakbola, di antaranya 103 anak-anak.
Kemudian 288 fasilitas olahraga hancur, sebagian besar di Gaza. Tak hana itu, markas PFA sendiri juga terkena dampak serangan udara.
Meninggalkan Keluarga dan Warisan Abadi
Suleiman wafat meninggalkan seorang istri dan lima anak. Laporan dari Al Jazeera menyebut bahwa kematiannya terjadi usai diserang Israel di tengah antrean warga yang menanti bantuan makanan dan medis di pusat distribusi.
Sejak akhir Mei, lebih dari 1.300 warga Palestina dilaporkan tewas di titik-titik distribusi bantuan.
Kehilangan Suleiman menjadi pukulan telak bagi rakyat Palestina dan komunitas sepak bola internasional. Warisan permainannya, semangat juangnya, dan keteladanannya akan selalu dikenang.
Suleiman bukan hanya pesepakbola, tapi simbol harapan dan perlawanan dalam tragedi kemanusiaan yang masih berlangsung. Dunia pun kembali diingatkan bahwa di balik konflik, selalu ada mimpi yang terenggut.
(Inews.id)
Diterbitkan tanggal 12 Agustus 2025 by Muhamad Samani
Discussion about this post