MEGAPOLIS.ID, BANJARMASIN – Bicara soal dapur, tentu tidak jauh seputar makanan yang diolah lalu disajikan. Dapur selain menjadi unsur yang wajib ada di setiap rumah, namun di dapur dikumpulkannya panganan yang kemudian diolah menjadi masakan.
Dapur pun menjadi garda terpenting di suatu keluarga bahkan mungkin masyarakat, kita bisa menjumpai dapur umum yang ada di acara masyarakat contohnya mengawah. Mengawah ini tradisi menanak nasi secara bergotong royong di acara acara orang Banjar. Peran dapur cukup penting, namun tanpa suplai pangan dapur itu tidak akan berfungsi.
Nah, jurnalis www.megapolis.id berkesempatan berbicara sedikit mengenai dapur dan kuliner bersama ‘Lelaki Dapur’ Maulana Yudhistira.
Maulana Yudhistira merupakan jebolan Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman. Ia sangat tertarik mengenai isu-isu pangan, mulai mempelajari gastronomi Nusantara dan memasak sejak tahun 2017.
Di tahun 2023 tepatnya bulan Juni hingga September melakukan pertemuan memasak dan makan bersama untuk menghadirkan kembali serta menggali memori-memori perjalanan hidupnya lewat masakan-masakan yang pernah dihadirkan ibunya, sekaligus mengarsipkan resep-resep keluarga warisan Ibu.
Di tahun yang sama ia berkesempatan menjadi salah satu perwakilan seniman yang berasal dari Kota Samarinda di Pekan Kebudayaan Nasional 2023 pada program Modus Air di kuratorial jejaring rimpang. Ia mempresentasikan hasil riset serta karya dengan pertunjukan memasak. Ini bisa kita lihat di akun Instagramnya Lelaki Dapur.
Belakangan pria yang akrab disapa Yudhis ini bersama teman temannya melakukan penelusuran di Kota Samarinda dengan Tajuk Telusur Rasa. Selain itu ia pun berapa kali melakukan kolaborasi dengan sejumlah FnB yang ada di Samarinda.
Berikut wawancara jurnalis www.megapolis.id Rizky Fadhillah dengan si Lelaki Dapur
Halo Yudhis, terimakasih sebelumnya sudah mau berbincang sedikit. Bicara soal dapur kan tidak jauh dari Yudhis, namun boleh kita tahu asal muasal sebutan Lelaki Dapur itu?
Yudhis: Sebujurnya (sebenarnya) nama akun Lelaki Dapur awalnya iseng aja untuk arsip pribadi tentang street foto di pasar sama masak-masak waktu di rumah sendiri. Makin ke sini malah lebih aktif dan dikonsumsi untuk publik juga. Sekarang selain melakukan riset mandiri terkait pangan lokal, aku juga garap usaha sendiri warung yang bisa merepsentasikan Cita Rasa Kalimantan di dalamnya nanti.
Selain memasak kan Yudhis, bisa dibilang cukup vokal terhadap isu sosial, salah satu contohnya mengenai masakan Anda yang menggunakan Ikan Nila ternyata dibalik itu ada isu mengenai ikan asli di Sungai Mahakam yang tergerus oleh Ikan Nila. Saya menangkap ada kesan bahwa kita harus lebih aware lagi lah dengan kelangsungan endemik di lingkungan itu. Apakah itu disengaja atau memang masuk salah satu konsern Yudhis di kuliner?
Yudhis: Sebenarnya sebelumnya aku emang konsern di isu-isu lingkungan hidup. Tapi setelah mulai belajar terkait gastronomi nusantara aku nemuin sesuatu yang sama, bahan-bahan pangan yang kita konsumsi itu juga makin terdampak dari krisis lingkungan yang terjadi hari ini.
Pandangan Yudhis sendiri soal dapur kuliner terhadap sosial maupun kultur suatu masyarakat, seberapa kuat hubungan itu? karena kan ada yang pernah menyinggung bahwa pangan dan dapur penting untuk suatu komunal atau masyarakat?
Yudhis: Menurutku dapur itu sangat personal bagi setiap orang, kita punya memori kita masing-masing terkait dapur. Dulu dapur menjadi tempat berkumpul bersama keluarga, pengalaman historis terkait budaya serta adat istiadat, ekonomi hingga gender berputar di sekitar dapur.
Apa rencana kedepan yang Yudhis lakukan, aku lihat beberapa misalnya telusur rasa apa yang melatarbelakangi telusur rasa ini?
Yudhis : Kita itu menyimpan memori terkait rasa atau makanan yang pernah kita makan. Terkait kuliner Kalimantan proses pemindahan pengetahuan itu tidak dilakukan secara tertulis tapi dituturkan, dan itu yang disimpan di dalam ingatan. Makanya telusur rasa ini mencoba menggali kembali terkait cerita, sejarah, serta proses pembuatan sebuah masakan melalui ingatan yang dituturkan.
Kembali bicara soal kuliner, saat ini kan bisa dibilang banyak juga yang tidak mengetahui mengenai kuliner di daerahnya. Menurut Yudhis penting nggak sih mempertahankan kekhasan kuliner dan menggalinya di tengah masuknya kuliner luar daerah terhadap kuliner di daerah tersebut?
Yudhis : Sangat penting, kuliner itu adalah bagian dari identitas sebuah bangsa. Kuliner menyimpan banyak cerita terkait sejarah, adat istiadat serta budaya suatu bangsa.
Oke terakhir nih, kenapa dunia memasak menarik buat Anda. Mungkin tips Yudhis untuk yang sedang menekuni dunia kuliner, atau yang baru tertarik baik itu individu atau bisnis fnb atau dibalik dapurnya?
Yudhis : Di dunia memasak ternyata banyak hal yang bisa dipelajari, apalagi terkait dengan kuliner lokal atau tradisional. Kita sangat kekurangan orang yang mampu menguasai terkait kuliner lokal. Harusnya kita punya ahli dari tiap suku terkait kuliner mereka sendiri. Ini menjadi peluang usaha atau bisnis di masa mendatang karena kuliner kita juga sangat unik serta otentik yang harus orang kita sendiri mengolahnya.
Demikian wawancara singkat dengan si Lelaki Dapur, kalian bisa memfollow akun Instagram Lelaki Dapur untuk mengetahui lebih jauh kegiatan apa lagi yang dilakukannya. Bisa juga memfollow akun Instagram jarkujua, semoga selalu menginspirasi teman teman semua.(Rizky Fadhillah)
Editor: Agus Salim
Diterbitkan tanggal 17 Mei 2024 by admin
Discussion about this post