MEGAPOLIS.ID, BANJARMASIN – Bicara dekade 60an sampai 90an di panggung teater, ini merupakan era dimana banyak tokoh teater yang bermunculan.
Tidak sekadar menjadi pertunjukan, namun memiliki nilai khususnya di masyarakat. Di medio ini munculnya tokoh – tokoh seperti WS Rendra, Arifin C Noer, N. Riantiarno, Asrul Sani, dan di Kalimantan Selatan memiliki dua tokoh besar yakni Bakhtiar Sanderta dan H Adjim Arijadi atau Abah Adjim.
Melihat fenomena yang ada sekarang, teater seakan ekslusif dan jauh dari masyarakat. Dimana pada akhirnya teater digelar dan disaksikan oleh orang-orang teater itu sendiri.
“Sempat ada diskusi bahwa kedepannya teater ini ingin dibawa kearah industri kreatif. Namun sebelum berbicara ke sana, ada banyak hal yang harus kita benahi,” ujar Aminudin, Ketua Pelaksana Aruh Teater Kalsel.
Dia mengungkapkan, ini yang jadi salah satu wacana dalam Aruh Teater Kalimantan Selatan kali ini. Aruh Teater awalnya adalah sebuah kegiatan yang bernama Harta Dunia (Hari Teater Sedunia), kemudian berganti nama menjadi Aruh Teater Kalsel.
Kegiatan ini dimotori sebagian besar anak – anak Forum Pekerja Seni Kampus (FKPSK), dan tahun ini Aruh Teater kembali dihelat dengan beberapa pembenahan ditahun sebelumnya yang dirasa kurang optimal.
Aruh Teater sebelumnya mengusung tema membaca tokoh, diantaranya Bakhtiar Sanderta, H. Adjim Arijadi, dan Abdussyukur.
Kegiatan ini dihelat di Taman Budaya Kalsel, dan untuk tahun ini Taman Budaya Kalsel kembali memberika support untuk kegiatan Aruh Teater Kalsel.
“Walaupun kegiatan ini dimotori anak – anak FKPSK yang notabene anak – anak teater kampus, namun yang saya harapkan tidak ada sekat antara teater kampus maupun yang umum. Malah kami ingin merangkul semua pihak yang bergelut disini dan membuka kesempatan untuk berkolaborasi dengan kawan – kawan diluar teater juga,” ungkap Aminudin.
Lantas, apa yang menjadi perbedaan Aruh Teater tahun ini dan sebelumnya? Amin memaparkan garis besar Aruh Teater tahun ini pihaknya ingin mengusung Teater Dramatic dan Teater Realis, tentunya dengan naskah-naskah yang terbit dan dipentaskan tahun 60an hingga 90an.
“Kenapa tahun itu, karena berdasarkan riset di tahun tersebut banyak bermunculan tokoh-tokoh yang karyanya masih bisa kita saksikan. Diantaranya WS Rendra, Nano Riantiarno, Putu Wijaya, Asrul Sani. Sedangkan di Kalsel juga punya Pak Bakhtiar Sanderta, Pak Adjim Arijadi, dimana saya rasa setelah medio 2000an ke atas hingga kini tidak ada tokoh yang muncul lagi seperti mereka. Oleh karena itu, kita perlu mengulas lagi bagaimana teater di era itu dibawakan,” jelasnya.
Lebih lanjut disampaikannya, kegiatan Aruh Teater akan dilaksanakan 12 Mei hingga 18 Mei di Taman Budaya Kalsel.
“Rencana ini terus dimatangkan, dan Minggu akan digelar diskusi untuk kepanitiaan. Sebelumnya pada 11 Februari dan 16 Februari juga diadakan pertemuan untuk membahas Aruh Teater,” ungkapnya lagi.
Pertemuan itu dihadiri beberapa komunitas diantaranya STB Uniska, TWP Poliban, SSD FISIP ULM, Sanggar Bahana Antasari,Teater Awan UIN Antasari, Sanggar Ata’dib UIN Antasari, Sanggar Budaya, KSB ULM, Artpedia Teknik ULM, Talas Faperta ULM, Sanggar AR Rumi Darusallam Martapura.
“Kami mengharapkan semoaga akan lebih banyak yang terlibat di Aruh Teater Kalsel 2024 ini,” pungkas Aminudin.(Rizky Fadhlillah)
Editor: Agus Salim
Diterbitkan tanggal 17 Februari 2024 by admin
Discussion about this post