“JANGAN BERBISIK, SAATNYA BERISIK!” Itulah penyemangat dalam memulai perjalanan panjang untuk garapan ini. Seperti namanya, perjalanan yang dimaksud adalah sebuah garapan yang diberi nama “Berisik”.
Kata Berisik memiliki kepanjangan yakni “Berisi Karya” yang rutin setiap tahunnya diselenggarakan oleh Sanggar Seni Demokrat (SSD) untuk meningkatkan eksistensi kesenian di Kalimantan Selatan, terutama di Banjarmasin.
Selain itu, Berisik juga menjadi puncak perayaan SSD dalam berkarya setiap tahunnya yang mana hal ini memperkuat spirit SSD yang berbunyi ciptakan karya baru lestarikan budaya lama. Dan berisik menjadi media untuk eksplorasi dalam proses pengkaryaan SSD dalam sebuah proses penggarapan.
Tahun ini, Berisik sudah menginjak angka yang ke-10. Sudah banyak yang dieksplorasi di Berisik satu sampai 10. Contohnya Berisik pernah mengangkat Mamanda, maupun teater tubuh hingga mengulik tradisi mandi 7 bulanan, sejarah bahkan kepahlawanan seorang Panglima Batur yang jarang diatur.
Selain pentas sini Berisik juga menghadirkan agenda lain diluar acara contohnya fashion show, galeri lukis, bahkan live painting. Trade mark Berisik adalah fresh setiap tahunnya harus ada eksplorasi baru di setiap temanya, dengan usia SSD yang ke-12 tentunya perlu ide-ide segar untuk menjaga spirit itu.
Nah, kami berkesempatan untuk mengulik lebih jauh perjalanan Berisik 10 atau Berisik X dengan pimpinan produksi Abdurrahman atau kerap disapa Adur. Mahasiswa FISIP prodi Ilmu Komunikasi ini pun menceritakan sekilas tentang proses di Berisik 10 kali ini.
“Walaupun Berisik sempat terkendala wabah virus Covid-19 selama 2 tahun (Bahinip 1&2), namun tidak menghalang api semangat kami dalam berkarya,” ujar Adur kepada megapolis.id.
Sanggar Seni Demokrat dinaungi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, yang mana selain berkesenian SSD juga peduli dengan lingkungan sekitar terutama lingkungan sosial.
Pada perjalanan ini, Berisik 10 mengambil sebuah isu kontemporer yang diambil berdasarkan keresahan dari masyarakat. Di tahun 2024 ini, marak sekali terjadi kasus kekerasan seksual yang menjadi momok menakutkan bagi kaum hawa, karena korban dari kekerasan seksual ini kebanyakan adalah perempuan.
Perjalanan Berisik 10 ini dimulai dari bulan Desember 2023 sampai nantinya akan menjadi cerita yang terus dikenang, bagi para penikmatnya.
“Sempat terjadi banyak pertimbangan dalam pengonsepan karena isu ini diambil dari sebuah tragedi yang benar-benar pernah terjadi di Banjarmasin, dan sampai sekarang tragedi tersebut masih menjadi kontroversi di masyarakat. Oleh sebab itu lah, kami menamai Berisik 10,” jelas Adur.
Lebih lanjut Adur menjelaskan, dalam mengamati sosial, tentu saja pihaknya mencari literatur sebagai landasan dari pengonsepan Berisik 10.
“Berawal dari kami menemukan sebuah buku dengan Judul MOMOYE (Mereka Memanggilku), sungguh menarik perhatian kami untuk mengangkat kejadian ini ke atas panggung pementasan. “Saya rasa jarang sekali orang yang tahu kejadian ini, bahkan bagi saya sendiri sebagai pimpinan produksi baru tahu kejadian ini pernah menjadi sebuah tragedi di Banjarmasin,” katanya.
Sungguh tragedi yang menyayat hati ini harus “diberisikkan” sebagai momentum untuk seluruh perempuan di Indonesia agar lebih peduli dan awas terhadap dirinya sendiri.
“Selain itu, kejadian ini bisa menjadi media untuk menambah wawasan dan pengetahuan terutama bagi masyarakat Banjarmasin. Tidak hanya untuk perempuan, tapi diharapkan dari kaum adam pun menyadari betapa berharganya seorang perempuan yang sudah melahirkan kita sebagai insan yang cendikia,” pungkasnya.
Berisik 10 menjadi sebuah sajian yang patut dinanti. Kalian bisa update kabar terbaru di laman instagram @ukmssd jangan sampai teman – teman pecinta seni melewatkan event ini sekian dan salam seni.(Rizky Fadhlillah)
Diterbitkan tanggal 10 Oktober 2024 by admin
Discussion about this post