BELAKANGAN sedang heboh di jagat maya tentang filem horor. Bukan tentang alur ceritanya, jajaran pemain atau pun tema. Hal yang menggelitik disini adalah beberapa filem horor di tanah air belakangan entah sengaja atau tidak, terkesan mengeksploitasi suatu agama.
Jika belakangan atau sebelumnya tren iblis atau olkutism sempat menjadi tren. Belakangan muncul beberapa filem horor yang entah kenapa mengangkat praktik suatu agama bahkan secara judulnya saja sudah wahh.
Yang menjadi ngeri ialah agama yang disinggung merupakan agama mayoritas di negeri ini. Entah kesengajaan atau tidak, seperti sinetron Adzab yang kerap dihubungkan dengan salah satu agama. Sampai ada statement menggelitik begini “Memang adzab cuma ada di agama Anda”.
Tren yang agak menggelitik ini sampai juga pada salah satu penulis dan film maker Gina S Noer. Dalam storinya Gina sempat berbicara panjang lebar mengenai filem horor yang katanya sengaja mengeskploitasi sebuah ritual keagamaan maupun agama itu sendiri.
Ia menyinggung filem korea yang belakangan tren yakni Exhuma dengan filem horor Indonesia.
“Hal yang paling gua suka dari filem Exhuma karakternya percaya diri sekali terhadap kepercayaan yang dianutnya, dan itu jadi modal kuat untuk melawan setan yang kuat. Bahkan kepercayaan karakter ini menjadi titik tolak masuk nasionalisme Korea,” katanya.
Menurutnya, persoalan filem horor Indonesia saat ini yang temanya agama dan sudah masuk ranah eksploitasi agama, terutama agama Islam karena mayoritas.
“Kebanyakan filem horor menggunakan salat, doa, zikir dan lain lain cuma jadi plot devices murahan untuk jumpscare karena diganggu setan. Sehingga kelemahan iman bukan lagi menjadi kritik terhadap keislaman yang dangkal tapi cara dangkal biar cepat seram. Gue nggak beriman – iman banget tapi buat yang percaya Islam agama lemah lembut pasti gelisah juga soal ini,” ucapnya.
Ia juga menyayangkan pengkarakteran, sisi logis yang tidak kuat. Para produsen seakan cuma memasukan simbol-simbol agar cerita menarik tanpa mencari pemaknaan lebih lanjut pada jalan ceritanya. Sehingga esensi sebenarnya dari mengapa pentingnya kita sebagai manusia perlu menguatkan iman tak tersentuh, tapi hanya berfokus pada sisi horor dan komersialnya saja.
Lagi-lagi ini adalah sebuah kritikan untuk dunia perfilman kita. Yang memang sayang sekali masih berfokus pada orientasi keuntungan dan tren tanpa memikirkan sebuah fondasi yang akan dibangun serta apa efeknya kedepan. Itu hanya salah satu hal, ya semoga ini menjadi perenungan bersama bukan hanya pelaku filem tapi juga penikmat perlu juga mengkritisi hal hal demikian. Karena sebuah filem dan apapun jika bisa memberikan nilai yang ditangkap oleh penontonnya, maka akan lebih dari sekadar hiburan tapi punya manfaat.(Rizky/local connect)
Diterbitkan tanggal 23 Maret 2024 by admin
Discussion about this post