MEGAPOLIS.ID, BANJARMASIN – Sebuah pementasan perlu dipersiapkan dengan baik. Bukan hanya bicara soal gagasan dan ide kreatif, namun perlu juga memahami dan membedah apa saja yang harus dilakukan untuk menuju sebuah pementasan.
Hal tersebut menjadi topik diskusi yang digelar oleh Platform Lilium, Jumat (8/3/2024) di lantai dua Ruang Multimedia Poliban Banjarmasin.
“Supaya kita tidak melulu mengejar pentas, karena sebelumnya perlu melakukan evaluasi, perenungan agar bisa melakukan perbaikan-perbaikan. Karena kita perlu menelaah sebuah proses didalam pementasan, bukan hanya menggelar pentas tanpa menelaah lebih jauh apa saja yang mestinya kita lakukan pada pementasan itu,” ujar Aminuddin, salah satu inisiator Platform Lilium.
Platform Lilium diinisiasi oleh Aminuddin dan kawan-kawannya berawal dari keresahan mereka mengenai ekosistem dan penggarapan yang dilakukan oleh komunitas teater kampus, khususnya di Kota Banjarmasin.
Terbentuknya Platform Lilium dengan program backstage ini untuk mengulik lebih jauh soal seni pertunjukan, dan manajemen seni pertunjukan (MSP) menjadi pembuka dari diskusi tersebut.
Adapun diskusi dimulai pukul 14.00 Wita dan berakhir 18.00 Wita dengan topik utama dari MSP, membahas bagaimana idealnya sebuah pertunjukan berjalan dan faktor apa saja yang memengaruhi didalam seni pertunjukan. Karena manajemen seni pertunjukan sering jadi masalah pada suatu komunitas, entah itu komunitas yang sudah lama berdiri ataupun komunitas yang baru terbentuk.
Bahkan, beberapa faktor diantaranya ketergantungan pada satu dua individu yang ada dikomunitasnya dan cukup berpengaruh di komunitas.
“Memang ada sudah struktur kepanitian didalamnya, namun lagi-lagi itu hanya mengikuti pola pola lama tanpa menelaah lebih jauh apakah pola atau kebiasaan selama ini efektif atau memang perlu dibenahi,” jelas Aminuddin.
Ditambahkan Aminuddin, keengganan untuk masuk dengan pola yang tersistematis serta alasan pembatasan kreativitas juga menjadi salah satu faktornya. Padahal untuk mengembangkan sebuah komunitas apalagi menuju sebuah pengkaryaan perlunya sistem yang terorganisir. Karena sebuah pertunjukan memang sejatinya perlu disokong dan didukung oleh sebuah manajemen yang baik dengan koordinasi yang tersambung setiap lininya, serta lingkungan yang suportif dan terbuka.
“Oleh karena itu perlu dibentuk sistem manajemen seni pertunjukan yang terorganisir dan terbukanya setiap komunitas pada pembenahan bukan hanya mengejar jumlah pementasan saja,” lanjutnya.
Nah, agar menciptakan sistem yang memudahkan setiap anggota untuk memanajemen pertunjukan, maka tiap komunitas perlu mengembangkan sistem yang ada didalamnya. Karena selain manajemen dan pengkaryaan, juga penting bagaimana komunitas itu bisa survive.
Sebab, lanjut Aminuddin, di Kalimantan Selatan senin teater belum menghasilkan, apalagi jadi industri. Oleh karena itu perlu diciptakan sebuah iklim yang harmonis di tiap komunitasnya dengan manajemen yang terorganasir.
“Apa yang dipaparkan barusan itu hanya gambaran umum dari diskusi dengan kawan-kawan. Namun selebihnya kembali kepada komunitas masing-masing karena setiap komunitas punya polanya sendiri,”papar Aminuddin.
“Soal pementasan saya rasa bukan hanya soal kuantititi. Jangan hanya mengejar kuantiti pentas, kita perlu ruang juga untuk kembali mendiksusikan semuanya jangan hanya fokus pada pementasan saja,” tambahnya.
Lebih lanjut dia berharap apa yang akan didiskusikan selanjutnya pihaknya ingin melihat poling dari audiens sehingga dapat menentukan topiknya.
“Untuk audiens dalam pertemuan pertama ini cukuplah, melebihi ekpektasi kami semoga ada feedback yang bisa dibawa kekomunitas masing-masing,” pungkasnya.
Dan kalian bisa mengikuti Platform Lillium di Instagram @platform.lillium.untuk mengetahui info info selanjutnya. Jangan berhenti berproses dan berkreasi. Salam budaya.(Rizky Fadhlillah)
Editor: Agus Salim
Diterbitkan tanggal 9 Maret 2024 by admin
Discussion about this post