MEGAPOLIS.ID – DESA Wisata Ranu Pani di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur masuk dalam Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Perkampungan asri dengan lanskap hijau di kaki Gunung Semeru membuatnya masyhur di kalangan pendaki.
Ranu Pani dengan danau vulkanik yang cantik merupakan desa terakhir dalam pendakian Gunung Semeru. Dijuluki sebagai pintu gerbang untuk mendaki Semeru, Ranu Pani banyak disinggahi para pendaki.
Ranu Pani yang berada di lereng Gunung Semeru menawarkan suasananya sejuk dan sering berkabut. Dikelilingi perbukitan, suhu desa di ketinggian 2.200 MDPL ini biasanya berkisar 16° bahkan sampai minus 5° C.
Desa Ranu Pani juga dikenal sebagai pintu gerbang menuju Mahameru, puncak tertinggi Gunung Semeru. Banyak pendaki singgah dan beristirahat di sini.
Ranu Pani dihuni oleh warga suku Tengger yang merupakan keturunan Kerajaan Majapahit. Masyarakat Tengger mendapat gelar kehormatan sebagai Tiyang Gajahmada yang memiliki artian “masyarakatnya Mahapatih Gajah Mada”.
Memiliki bentang alam yang subur, mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai petani. Dengan segala sumber kekayaan alam sekitar, penduduk dan masyarakat setempat mengelola dengan baik berkat tersebut dengan memberdayakan sumber yang ada agar lebih nyaman lagi bagi wisatawan yang singgah di desa mereka.
Di desa ini disediakan juga fasilitas bagi oara pendaki yaitu pondok pendaki sekaligus pusat informasi. Ada banyak homestay, dan sederet aktivitas menarik yang bisa kamu lakukan di sini.
Sensasi Berkuda

Ada cara lain yang bisa wisatawan lakukan untuk menikmati keindahan Ranu Pani, salah satunya adalah dengan berkuda.
Jika Anda tengah menyimpan energi untuk melakukan pendakian, pilihan menunggangi kuda bisa jadi alternatif. Kamu bahkan bisa berkuda menikmati keindahan danau Ranu Regulo.
Dua Danau Berdekatan

Pesona lain yang ditawarkan dari desa ini adalah hamparan danau yang bersih, dan memiliki letak yang berdekatan satu sama lainnya, danau Ranu Pani dengan luas kurang lebih 1 ha dan Ranu Regulo dengan luas sekitar 0,75 ha.
Amphitheatre

Kerap dijadikan sebagai panggung pertunjukkan seni di area terbuka, amphitheatre ini dapat menampung 750 orang.
Saat berada di desa ini, Anda akan menemukan salah satu kebudayaan khas masyarakat setempat terutama yang terlihat pada para perempuan di sini adalah penggunaan kain sebagai identitasnya.
Dimana ikat simpul kaweng ini yang menunjukkan status dari suku Tengger baik wanita maupun pria di sana dan jadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat dari luar melihat kebudayaan yang masih terpatri dengan baik hingga kini.
(Oketravel)
Diterbitkan tanggal 7 Oktober 2023 by Muhamad Samani
Discussion about this post