MEGAPOLIS.ID, BANJARMASIN – 10 November merupakan Hari Pahlawan yang diperingati secara nasional. Namun, 9 November adalah Hari Pahlawan untuk Kota Banjarmasin dan Banua Kalimantan Selatan. Karena ada sebuah peristiwa besar perlawanan rakyat Banjarmasin pada 9 November 1945.
“Ini yang dipentaskan oleh Sanggar Seni Demokrat, dan jangan lupa saksikan,” ujar Walikota Banjarmasin Ibnu Sina sebagai bentuk dukungannya untuk Sanggar Seni Demokrat yang mementaskan kisah 9 November dalam sebuah pementasan berjudul 9 November 45: Cambuk Awal Perjuangan.
Naskah yang ditulis oleh Amin dan Fadhil menceritakan tentang peristiwa dibalik 9 November. Peristiwa yang kurang diketahui oleh masyarakat Banjar padahal peristiwa tersebut tak kalah heroiknya dengan 10 November 1945 di Surabaya.
Inilah yang disampaikan seluruh tim Berisik 9 lewat pementasan yang dilaksanakan tanggal 10 November di Gedung Balairung Sari, Taman Budaya Provinsi Kalsel.
Adapun untuk pementasan kali ini dibagi menjadi dua sesi, ada sesi siang dan sesi malam. Sesi siang dimulai pukul 14.00 Wita hingga 17.00 Wita. Sedangkan untuk sesi malam dimulai dari 19.00 Wita hingga 23.00 Wita.
Pementasan terdiri dari tari, musik, paduan suara, dan teater yang menjadi satu kesatuan.
Dengan dua sesi, tentunya ini menjadi tantangan bagi seluruh tim pementas dan penampil apalagi sempat terjadi eror dimana suara tembakan yang harusnya terdengar tapi tidak terdengar. Untungnya eror tersebut dapat diatasi saat sesi pementasan malam.
Adegan dibuka dengan sorak – sorak rakyat yang bergembira dalam pawai, namun ternyata tentara NICA masih belum mau membebaskan Banua Banjar dari cengkraman mereka.
Disinilah Amin Efendi bersama pejuang lainnya mengobarkan semangat perlawanan melawan NICA, walau dalam pertempuran yang tidak seimbang itu perlawanan rakyat Banua berhasil dipatahkan tentara NICA.
Penulis dan sutradara menggambarkan semangat para pejuang yang tak henti-hentinya memperjuangkan kemerdekaan di Banua Banjar.
“Semua pas satu alur seperti yang pernah saya tulis dengan pementasan kali ini. Cuma ada sedikit kalau ada yang mau diluruskan, Abahku itu tertembak di kepala, sedangkan dalam pementasan tadi tertembak di bahu. Namun saya memaklumi, dari awal sampai akhir bagus. Alhamdulillah dari pementasan ini sudah 99 persen sama seperti sejarah karena tim juga melakukan riset, ya cukup bagus saya menikmati,” ujar Alimun Hakim, zuriat dari Amin Efendi.
Dia berharap setelah ini ada yang mementaskan peristiwa 9 November ini agar tidak kalah gaungnya seperti pertunjukan teatrikal 10 November di Surabaya, Bandung Lautan Api, dan Janur Kuning di Yogyakarta.
“Kalau bisa digarap secara kolosal dan on the spot di tempat kejadiannya,” saran Alimun Hakim.
Menurutnya, judulnya sudah pas yakni cambuk awal perjuangan karena ini cikal bakal perlawan selanjutnya pada 5 Desember.
“Ini adalah lanjutan dari 9 November. Semoga Sanggar Seni Demokrat mengangkat terus hal- hal berbau sejarah khususnya di Kalimantan Selatan,” harapnya.
Lebih dari itu, dia juga berharap kedepan peristiwa-peristiwa sejarah seperti ini digali kembali karena minimnya literatur tentang peristiwa 9 November. Padahal 9 November adalah peristiwa bersejarah di Kota Banjarmasin. Dan ini juga senada dengan harapan Pimpinan Produksi Berisik 9, Hana.
“Peristiwa 9 November menjadi semangat kita seperti semangat para pejuang yang memperjuangkan kemerdekaan pada saat itu,” ujar Hana.
Oleh karena itu, ia berharap lewat pementasan ini bisa memberi motivasi kepada yang menyaksikan dan juga seluruh anggota Sanggar Seni Demokrat.
Sementara itu, salah satu penulis naskah, Fadhil mengungkapkan, pesan yang ingin disampaikan kepada penoton adalah ‘dalas hangit dalas balangsar dada, manyarah kada’.
“Haram manyarah waja sampai kaputing, selamat Hari Pahlawan dan salam seni budaya,” ujar Fadhil.(Rizky Fadhlillah)
Editor: Agus Salim
Diterbitkan tanggal 11 November 2023 by admin
Discussion about this post