MEGAPOLIS.ID – KEMENTERIAN Kesehatan (Kemenkes) tengah mengupayakan untuk mencegah terjadinya kejadian luar biasa (KLB) Polio dan Campak di Indonesia dengan memberikan vaksin ganda.
Program vaksinasi kejar dengan suntikan ganda ini bagian dari Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN). Artinya sekali datang ke fasilitas kesehatan, bayi atau balita bisa mendapatkan dua vaksin dasar sekaligus, inilah didorong oleh Juru Bicara Kemenkes dr Mohammad Syahril untuk menggenjot capaian imunisasi di Indonesia.
“BIAN terdiri dari dua kegiatan layanan imunisasi yakni pertama layanan imunisasi tambahan berupa pemberian satu dosis imunisasi campak dan rubella tanpa memandang status imunisasi sebelumnya. Kedua layanan imunisasi kejar, berupa pemberian satu atau lebih jenis imunisasi untuk melengkapi status imunisasi dasar maupun lanjutan bagi anak yang belum menerima dosis vaksin sesuai usia,” ujar dr. Syahril dalam Sehat Negeriku laman Kemenkes, Jumat (5/5/2023)
Perlu diketahui, BIAN dibagi atas dua tahap, tahap pertama diberikan bagi semua provinsi yang berada di luar Pulau Jawa dan Bali mulai bulan Mei 2022.
Sehingga imunisasi yang diberikan berupa imunisasi campak rubela diberikan pada usia 9 bulan, dilanjutkan dengan dosis booster saat usia 18 bulan, dan saat anak di sekolah dasar (usia 6–7 tahun).
Syahril mengimbau para orang tua segera membawa anaknya ke fasilitas kesehatan untuk diimunisasi, sebisa mungkin harus tepat waktu. Terbukti ketepatan waktu imunisasi sesuai jadwal tingkat kekebalan akan tercapai terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), dan mencegah terjadinya wabah.
“Pemberian imunisasi terbukti melindungi anak-anak dari penyakit berbahaya sehingga anak lebih sehat dan lebih produktif. Tak hanya itu, manfaat dari imunisasi juga jauh lebih besar dibandingkan dampak yang ditimbulkan di masa depan,” jelas dr. Syahril
Sekadar informasi, program imunisasi ganda, jadi motivasi Kemenkes mengeliminasi Polio dan Campak karena data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukan kasus campak di Indonesia sebanyak 2.161 kasus suspek. Sebanyak 848 kasus di antaranya sudah dikonfirmasi laboratorium dan 1.313 kompatibel secara klinis di 18 provinsi dari 38 provinsi, pada periode 1 januari – 3 April 2023.
(Okz)
Diterbitkan tanggal 6 Mei 2023 by Muhamad Samani